Archive for 2017


Mengawali karier militersebagai serdadu Belanda, Ali Moertopo adalah simpul penting Soeharto dan politik Orde Baru. Dia intel, aktivis, dan politikus ulung.

Ali Moertopo membuka jalan bagi kekuasaan Soeharto. Dia meremukkan demokrasi justru ke-tika Indonesia tengah meninggalkan otoritarian-isme Bung Karno, la menggelar pelbagai operasi khusus: membabat partai politik untuk mem-besarkan Golkar, menciptakan fobia pada Islam dengan merangkul kelompok Islam radikal. Ali membuat politik tampil dalam wujud yang paling suram: kasak-kusuk dan adu domba.

Menjalani hidup yang penuh misteri, Ali tersing-kir di babak akhir. la menyerah kepada serangan jantung keempat di meja kerja.

Kisah tentang Ali Moertopo merupakan jilid ketiga seri "Tokoh Militer" yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo, Oktober 2013, Serial ini mengupas, menguak, dan membongkar mitos dan berbagai sisi kehi-dupan para perwira militer yang dinilai mengubah sejarah.


Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah ini :

Donwload Majalah Tempo Edisi : Rahasia-Rahasia Ali Moertopo

Posted by : West Odhe 1 Comment

APAKAH kajian feminisme di abad Milenium masih memeluk, menoleh atau sekadar melirik pada teori Marxis? Kajian feminisme di abad Mile-nium cenderung untuk membaca-ulang kanon (teori besar, metanaratif) masa lalu dengan pisau analisis interseksionalitas. Apa yang dimaksud in-terseksionalitas berangkat dari asumsi bahwa segala sesuatu berinterseksi dengan berbagai macam hal: contohnya konsep mengenai “perempuan” dan “laki-laki” merupakan interseksi dari seks, keetnisan, ras, kelas, gen-der, kenasionalan, keruangan (spaciality), waktu, bahasa, wacana, budaya, dan banyak macam lainnya. Konsep “perempuan” dan “laki-laki” pun da-pat merupakan kategori sosiologis, ekonomis, politis maupun episteme, dan bahkan sebagai diskursus yang tercipta dalam ujaran maupun teks. Analisis interseksional itu tumbuh dalam era pascastrukturalis dan pasca-modernis yang dewasa ini membangkitkan pembacaan-ulang para feminis terhadap kanon masa lalu dari posisi kontemporer.

Teori Marx sebagai kanon dalam genre filsafat modern tak luput dari pem-bacaan-ulang para feminis –terutama sejak dekade 1970an-- ketika para feminis mencari penjelasan atas ketertindasan perempuan (pada awal abad 20 disebut women’s question). Pengguna teori Marx pada era 1970an dan awal dekade 1980an cukup meluas tak hanya dari kalangan feminis sosialis dan Marxis, melainkan juga dari feminisme radikal. Stevi Jackson[1] mencatat, sejak gerakan perempuan muncul dalam perkembangan ge-rakan kiri radikal di sekitar masa itu, ada banyak feminis yang menoleh –atau setidaknya bersimpati—dengan teori Marx dan Marxisme. Daya tarik Marxisme yang utama karena menawarkan analisa mengenai penindasan sebagai sesuatu yang sistematis dan menyatu dalam struktur masyarakat serta tentang teori perubahan sosial (revolusi) yang men-janjikan kesetaraan.

Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwload Ebook Kapitalisme dan Penindasan Terhadap Perempuan : Kembali Ke Marx

Posted by : West Odhe 1 Comment

Enam tahun lalu, seorang kawan menghadiahi penulis sebuah buku. Judulnya The Part Played by Labour in the Transition from Ape to Man. Buku tua nan tipis itu terbitan Foreign Language Press, Peking 1975. Penulisnya Frederick Engels. Kebetulan, waktu itu penulis sedang belajar paleoantropologi, bidang kajian ilmiah atas fosil dan bukti-bukti fisik yang membatu lainnya dari evolusi manusia. Dari pembacaan buku tersebut lahirlah tulisan pertama yang mencoba merekonstruksi teori Engels ihwal alur evolusi manusia. Setahun berikutnya tulisan itu terbit di Jurnal Antropologi Indonesia. Rupanya, makin didalami makin tampaklah bahwa materialisme dialektis amat berpengaruh terhadap cara pandang terhadap evolusi. Pendekatan inilah yang membedakan spekulasi Engels dan tafsirnya atas fakta paleoantropologis.

 Garis besar alur evolusi yang Engels teorikan, yakni bahwa ciri-ciri Homo sapiens (bipedalisme, kapasitas otak besar, produksi perkakas, dan bahasa) tidaklah berevolusi secara serempak sebagaimana Darwin teorikan sebelumnya, tapi bertahap dengan dimulainya adaptasi bipedal untuk hidup di permukaan tanah, dan bahwa evolusi kapasitas otak bukanlah sebab tapi akibat dari evolusi ciri-ciri hominin lain yang berkembang terlebih dahulu, sudah tidak lagi diperdebatkan. Perdebatan hanya tinggal kapan, di mana, dan dan bagaimana proses itu berlangsung.

Tujuan penulis semula hanya memperkenalkan esai Engels tersebut di atas. Namun memperkenalkan saja tak cukup. Apa pasal? Engels menulis di abad ke-19 ketika paleontologi masihlah kanak-kanak, tatkala temuan fosilfosil manusia amatlah terbatas, dan gagasan-gagasan spekulatif lebih dominan ketimbang fakta dalam menafsirkan temuan tersebut. Ada banyak spekulasi Engels yang keliru menurut standard mutakhir. Yang terbaik darinya bukanlah spekulasinya, tapi kerangka pikir materialisme dialektisnya. Dan kerangka pikir inilah yang penulis pakai dalam upaya merekonstruksi kembali apa yang Engels teorikan berbekal temuan-temuan dan teori-teori terbaru dalam bidang evolusi manusia. Meskipun ada beberapa perubahan, tapi keterangan dan argumen pokok tulisan-tulisan yang dimuat buku ini tidak banyak berubah dari tulisan yang sebelumnya diterbitkan di media lain.


Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwload Ebook Marxisme dan Evolusi Manusia

Posted by : West Odhe 6 Comments

Masyarakat borjuis modern yang timbul dari runtuhnya masyarakat feodal tidak menghilangkan pertentangan-pertentangan kelas. Ia hanya menciptakan kelas-kelas baru, syarat-syarat penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan yang baru sebagai ganti yang lampau.

Tetapi zaman borjuasi mempunyai sifat yang istimewa ini, ia telah menyederhanakan pertentangan kelas. Masyarakat seluruhnya semakin lama semakin terpecah menjadi dua golongan besar yang langsung berhadapan satu dengan yang lain- borjuasi dan proletariat.

Dalam buku karya Marx dan Engels ini kita diajak untuk merunut lebih dalam partai-partai kelas buruh, dimana salah satunya adalah kelas partai komunis. Sama dengan kelas yang lainnya, kelas partai komunis juga tidak mempunyai kepentingan tersendiri dan terpisah dari kepentingan-kepentingan proletariat sebagai keseluruhan.

Sangat menarik untuk membaca pemikiran kedua tokoh tersebut. Membaca pemikiran-pemikiran mereka akan membuka wacana-wacana baru yang kontekstual dengan saat sekarang. Selain itu dengan membacanya maka kita diajak untuk membedah fenomena sosial pada waktu itu.

Donwload Full Ebok Klik Link Di Bawah Ini :

Donwload Ebook Marx-Engels : Manifesto Partai Komunist

Posted by : West Odhe 1 Comment

BUKU kecil yang sedang Anda pegang ini, sungguh sangat menarik. Marta Harnecker, sang penulis, betul-betul memanfaatkan ruang terbatas ini dengan sebaiknya-baiknya untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan penafsirannya tentang apa yang disebut mantan Presiden Republik Venezuela, almarhum Hugo Chavez Friaz sebagai ‘Sosialisme Abad Keduapuluh Satu.’

Melalui buku ini, Harnecker membuktikan bahwa klaim tentang ‘Matinya Sosialisme’ dan ‘Liberalisme sebagai Akhir Sejarah’ adalah salah. Pada saat yang sama, ia juga menunjukkan bahwa pasca Perang Dingin, dunia bukannya semakin aman dan damai, tetapi semakin terpuruk dalam ancaman kemanusiaan akibat kemiskinan, ketidakadilan sosial, kerusakan lingkungan, rasisme, perdagangan manusia, politisasi agama, dan perang yang disebabkan oleh dianutnya ideologi kapitalisme-neoliberal.

Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwlaod Ebook Sosialisme Abad Keduapuluh Satu : Pengalaman Amerika Latin

Posted by : West Odhe 0 Comments

Dua tahun setelah aksi berdarah Gerakan 30 September, Sjam Kamaruzaman baru muncul di depan publik. Ketika itu, Juli 1967, ia menjadi saksi dalam pengadilan Sudisman, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia.

Sebelumnya ia hanya bayang dalam halimun: keberadaannya setengah dipercaya, setengah tidak. Biro Chusus, badan rahasia PKI yang dipimpinnya, semula diduga hanya khayalan tentara untuk memudahkan Soeharto memusnahkan partai komunis itu. Namun Sjam membenarkan semua tudingan. Ia mengaku memimpin Biro Chusus dan merencanakan aksi rahasia G30S.

Sebagai orang yang bertugas mempengaruhi anggota tentara agar mendukung PKI, ia punya akses ke kalangan militer. Seorang putranya mengenang bagaimana di penjara Sjam menempati sel yang besar serta diizinkan memiliki uang satu tas penuh untuk memenuhi segala kebutuhan.

Siapakah Sjam, lelaki dengan lima nama alias itu? adakah ia agen ganda atau sekedar pengikut Ketua PKI D.N. Aidit yang setia?

Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwlaoad Ebook Sjam Lelaki Dengan Lima Alias

Posted by : West Odhe 1 Comment


Lelaki cadel itu tak pernah bisa melafalkan huruf “r” dengan sempurna. Ia “cacat” wicara tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona.

Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakkan kebencian terhadap Orde Baru. Maka ia dibungkam. Dilenyapkan.

Wiji Thukul mungkin bukan penyair paling cemerlang yang pernah kita miliki. Sejarah Republik menunjukkan ia juga bukan satu-satunya orang yang menjadi korban penghilangan paksa. Tapi Thukul adalah cerita penting dalam sejarah Orde Baru yang tak patut diabaikan: seorang penyair yang sajak-sajaknya menakutkan sebuah rezim dan kematiannya hingga kini jadi misteri.

Keterangan Seri Prahara-prahara Orde Baru
Kisah tentang Wiji Thukul adalah jilid perdana seri “Prahara-prahara Orde Baru”, yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo Mei 2013. Serial ini menyelisik, menyingkap, merekonstruksi, dan mengingat kembali berbagai peristiwa gelap kemanusiaan pada masa Orde Baru yang nyaris terlupakan.

Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwload Ebook Majalah Tempoh : Teka-Teki Wiji Thukul

Posted by : West Odhe 0 Comments

"Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia 'mbok' saya... Dari dia, saya banyak mendapat pelajaran mencintai 'orang kecil'. Dia sendiri pun 'orang kecil', tetapi budinya selalu besar!"

Ir. Sukarno

Buku Sarinah ini pertama kali terbit pada November 1947. Isinya merupakan kumpulan bahan pengajaran Bung Karno dalam kursus wanita. Melalui buku ini, Bung Karno mengkritisi kebanyakan laki-laki yang masih memandang perempuan sebagai "suatu blasteran antara Dewi dan seorang tolol." Dipuji-puji bak Dewi, sekaligus dianggap tolol dalam beberapa hal lainnya.

Meskipun juga tidak menyetujui gerakan feminisme yang kelewat batas di Eropa saat itu, Bung Karno menekankan pentingnya bagi para wanita untuk mengambil bagian dalam pembangunan Negara Indonesia. Kepada Sarinah-Sarinah masa kini, Bung Karno lantang berpesan, "Hai wanita-wanita Indonesia, jadilah revolusioner, - tiada kemenangan revolusioner, jika tiada wanita revolusioner, dan tiada wanita revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner!"

Buku ini adalah 'kado' Bung Karno buat semua wanita Indonesia, sebagai pedoman untuk menjadi wanita revolusioner yang bahagia dan merdeka...

Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
https://drive.google.com/file/d/0B7LodlTvyosEdWpUMkVQZjRWeVU/view

Donwload Ebook Soekarno : Sarinah

Posted by : West Odhe 1 Comment

PADA suatu hari, datanglah delegasi dari Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) ke Presiden Sukarno. Mereka menyampaikan maksud untuk membangun patung Multatuli alias Eduard Douwes Dekker penulis roman Max Havelaar yang masyhur itu. Tanpa diduga Bung Karno malah balik bertanya, “Kenapa Multatuli? Kenapa bukan patung Henk Sneevliet saja?”

Tak jelas kelanjutan cerita itu sampai di mana. Beberapa pegiat Lekra memang berafiliasi dengan akademi sastra Multatuli. Apakah patung tersebut hendak didirikan berkaitan dengan akademi sastra Multatuli? Entahlah. Satu yang pasti, usulan tersebut agaknya tak pernah terwujud dan lagipula, sampai hari ini, tak pernah kita temukan di mana patung Multatuli itu berada. Begitu pula dengan patung Henk Sneevliet, gagasan Presiden Sukarno. 

Anjuran membangun patung Henk Sneevliet ketimbang patung Multatuli tak berarti Bung Karno sedang menempatkan Sneevliet lebih tinggi dari Multatuli, begitu pula sebaliknya. Karena pada kenyataannya pemikiran dua tokoh Belanda itu akrab dalam pikiran Bung Karno. Bukan sekali-dua Bung Karno mengutip pemikiran Multatuli dan juga Henk Sneevliet. Dalam pidato pembelaannya yang terkenal di hadapan pengadilan negeri di Bandung pada 1930, Bung Karno mengutip Multatuli untuk menjelaskan konteks perbandingan imperialisme dengan sistem tanam paksa yang pernah berlangsung di Indonesia.


Donwlaod full Ebook Klik Link Di bawah Ini :

Donwlaod Ebook Soekarno, Marxisme, dan Bahaya Pemfosilan

Posted by : West Odhe 0 Comments

Orang yang skeptis akan segera memotong: untuk apa kaum Marxis berteologi? Bukankah bagi Marx agama itu candu? Bagaimana mungkin materialisme historis dan materialisme dialektis mengakomodasi teologi? Segala pertanyaan skeptis tentang teologi Marxis dapat dipilah menjadi dua jenis: pertama, berkaitan dengan konsistensinya terhadap pemikiran Marx yang ‘ateistik’ dan ilmiah; kedua, berkenaan dengan kegunaannya bagi praxis emansipasi. Kita akan mengupasnya mulai dari yang pertama.

Penerimaan atas Marxisme tidak mensyaratkan penolakan total atas agama. Artinya, Marxisme tidak mengharuskan kita untuk menganut ateisme. Apa yang ditolaknya adalah konsepsi tertentu tentang Tuhan, yakni konsepsi realis ante rem tentangnya. Realisme ante rem tentang Tuhan merupakan pengakuan atas keberadaan substansi imaterial yang terpisah atau transenden dari alam semesta sebagai substansi material. Pandangan macam itu menuntut kita menganut dualisme substansi (mengakui adanya substansi material dan imaterial) yang sukar direkonsiliasikan dengan semangat ilmiah dari Marxisme. Sebabnya, semangat ilmiah sains modern yang menjadi dasar Marxisme, berpegang pada konsepsi realisme in re, yakni pengertian bahwa segala yang imaterial hanya mungkin terlembagakan sebagai sifat (property) dari substansi material. Oleh karenanya, pengertian ante rem (transenden) tentang Tuhan, yang lazimnya terdapat dalam agama-agama wahyu, tidak konsisten dengan Marxisme.

Namun pengertian semacam itu bukanlah satu-satunya pengertian yang bisa direkonsiliasikan dengan ajaran agama-agama wahyu. Kita bisa juga menganut agama-agama wahyu sembari menjadi Marxis dengan cara bersikap fiksionalis terhadap keberadaan Tuhan. Fiksionalisme dalam arti ini adalah pandangan bahwa Tuhan, sebagai substansi immaterial, ada sejauh dinyatakan demikian dalam narasi religius tertentu, dan tidak ada di luarnya. Artinya, Tuhan ada sebagai entitas kultural, yakni objek yang dinyatakan keberadaannya oleh konvensi sosio-kultural tertentu, atau sebagai entitas mental, sebagai objek kepercayaan. Ini adalah semacam ateisme yang lunak: suatu sikap ateistik yang diplomatis.


Donwlaod Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwlaoad Ebook Marxisme dan Ketuhanan Yang Maha Esa

Posted by : West Odhe 1 Comment

Buku ini ditulis setelah Tan Malaka baru saja dua tahun sebelumnya, ialah tahun 1919, kembali dari Negeri Belanda belajar di Rijkskweekschool (Sekolah Pendidikan Guru Negeri) di Haarlem untuk menjadi guru mengajar anak-anak buruh perkebunan Senebah Mij, Deli Serdang, Sumatera Timur, dan kemudian pindah ke Semarang tahun 1921, bergerak dalam bidang pendidikan rakyat sebagai guru sekolah yang didirikan oleh Sarekat Islam Semarang dan VSTP (Sarekat Buruh Kereta Api), yang dipimpin oleh Semaun.

Sesuai dengan masa penulisannya dan usia penulisnya, maka isi dan sifat buku ini berlaku sebagai pengenalan sejarah badan legislatif, pendalaman hakekat masalahnya dan perkembangannya, serta perbandingan dan peneracaan untuk Indonesia dalam kerangka sejarah politik dan kepartaian yang ada, dengan kacamata penglihatan 1921.

Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal di atas ini, pembaca akan dapat memahami isi buku ini sesuai dengan keadaan zamannya dan proporsi tingkat pertumbuhan pikiran penulisnya.

Karena keadaan berkembang terus sesuai dengan kodrat dan hukum sejarah. Dan pikiran Tan Malaka juga tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan menjadi makin matang dan makin kaya sejalan dengan pertumbuhan pengalamannya dan keadaan sekelilingnya, di dalam maupun di luar Indonesia. Hindia Belanda tidak memberi kesempatan Tan Malaka mengembangkan diri di tanah airnya sendiri.


Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwload Ebook Tan Malaka : Parlemen Atau Soviet

Posted by : West Odhe 0 Comments

Buku ini ditulis oleh Tan Malaka saat berada di Kanton, Cina 1925, tiga tahun sebelum sumpah pemuda. Bagi saya memang harus membaca dengan semangat agar bisa paham, bila perlu dibaca berulang. Kita akan sedikit mendapat gambaran mengenai usaha dan strategi pemikiran Tan Malaka untuk mencapai Repubik Indonesia.

Secara sekilas, pengantar dari Kholid O. Santosa bisa memberikan kita sedikit gambaran mengenai pemikiran Tan Malaka. Pada prinsipnya, perjuangan yang tertuang dalam pemikiran-pemikiran di buku ini terpusat untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Namun, untuk mencapai kemerdekaan tersebut, ia menginginkan adanya perombakan besar pada beberapa bidang kehidupan masyarakat, baik politik, sosial, ekonomi, maupun budaya.

Tan Malaka berkeyakinan bahwa pasca pemerintahan kolonial Hindia Belanda dan setelah diraihnya kemerdekaan, bentuk pemerintahan Indonesia yang tepat adalah Republik. Namun, bentuk Republik sebagaimana pemikiran Tan Malaka ini tidak seperti bentuk Republik yang menganut sistem Trias Politika. Akan tetapi, negara Republik harus dikelola oleh sebuah organisasi.


Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
https://drive.google.com/file/d/0B7LodlTvyosETTVuVUlhOERFdTQ/view

Donwload Ebook Tan Malaka : Menuju Republik Indonesia

Posted by : West Odhe 0 Comments

Ebook ini berisikan kisah kehidupan dan pandangan Mahatma Gandhi yang luas dan mendalam tentang kehidupan manusia secara menyeluruh.

Banyak hal yang diutaakan dalam ebook ini antara lain tentang Agama dan Kebenaran, cara dan tuujuan, bagaimana mengendalikan diri, apa itu perdamaian dunia, beda manusia dengan mesin, bahwa kemiskinan ada ditengah-tengah kelimpahan, demokrasi dan rakyat, pendidikan, kaum wanita serta serba-serbi pandangan Mahatma Gandhi Lainnya. Semua ini secara lengkap dipaparkan dalam ebook ini. Semoga Ebook ini bermanfaat bagi kita semua.


Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah ini :

Donwload Ebook Mahatma Gandhi : Semua Manusia Bersaudara

Posted by : West Odhe 0 Comments

Dalih Pembunuhan Massal memang dikenal sebagai karya literatur peristiwa Gerakan 30 September yang paling otoritatif atau dipandang layak jadi rujukan. Hanya Tuhan rasanya yang benar-benar bisa menilai validitas dari semua buku G 30 S yang pernah beredar, tapi John Roosa setidaknya memang paling berhasil menghasilkan ulasan yang meyakinkan. Inilah yang kemudian saya sebut bagaimana sebuah buku sejarah seharusnya dituliskan. Pemaparan fakta yang komprehensif diiringi dengan analisis yang tajam dan berani.

Sesuai tajuknya, buku ini mencoba mengusut siapa pelaku utama sebenarnya di balik G 30 S. Sebelumnya, dengan cermat Roosa sudah menjernihkan terlebih dahulu perbedaan antara peristiwa G 30 S dan tragedi pasca G 30 S. Keduanya kerap dicampur baur, padahal jelas berbeda. Untuk aksi genosida atau pembunuhan besar-besaran tak pandang bulu terhadap simpatisan maupun terduga simpatisan PKI pasca G 30 S, hampir semua sudah tahu siapa dalangnya. Namun, yang kemudian masih tanda tanya dan coba diselidiki lewat Dalih Pembunuhan Massal ini adalah sepenuhnya perihal seluk beluk G 30 S itu sendiri.

Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :

Donwload Ebook John Roosa : Dalih Pembunuhan Massal


Dan bukan saja di dalam dua macam itu imperialisme bisa kita bagikan,–imperiaisme juga bisa kita bagikan dalam imperialisme-tua dan imperialisme-modern. Bukankah besar bedanya imperialismetua bangsa Portugis dan Spanyol atau East India Company Inggris atau Oost Indische Compagnie Belanda dalam abad ke-16, 17 dan 18— dengan imperialisme-modern yang kita lihat dalam abad ke-19 atau 20, imperialisme-modern yang mulai menjalar ke mana-mana sesudah kapitalisme-modern bertakhta kerajaan di benua Eropa dan di benua Amerika Utara?

Imperialisme-modern, –imperialisme-modern yang kini merajalela di seluruh benua dan kepulauan Asia dan yang kini kami musuhi itu,– imperilisme-modern itu adalah anak kapitalisme-modern. Imperialisme-modern pun sudah mempunyai perpustakaan,–tetapi belum begitu terkenal di dalam arti-artinya dan rahasia-rahasianya sebagai soal kapitalisme. Imperialisme-modern itu, oleh karenanya, Tuan-tuan Hakin, mau kami dalilkan artinya agak lebar sedikit dari buku-buku satu dua. Kami tidak akan mendalilkan buku Sternberg “Der-Imperialismus” yang walau sangat menarik hati dan tinggi ilmu toh roda “kering” untuk mendengarkannya, –kami mendalilkan Mr. Pieter Jalles Troelstra, pemimpin Belanda yang baru wafat, yang menulis: [i]


Donwload Full Ebook Klik Link di Bawah Ini :

Donwload Ebook Soekarno : Indonesia Menggugat

Posted by : West Odhe 0 Comments

Masalah negara sekarang ini memperoleh arti penting yang khusus baik di bidang teori maupun di bidang politik praktis. Perang imperialis telah sangat mempercepat dan memperhebat proses kapitalisme monopoli menjadi kapitalisme monopoli-negara. Penindasan yang mengerikan atas massa pekerja keras oleh negara, yang makin lama makin erat berpadu dengan perserikatan-perserikatan kapitalis yang mahakuasa, menjadi lebih mengerikan lagi. Negeri-negeri yang maju sedang berubah --kita berbicara tentang "daerah belakang" mereka--menjadi penjara-penjara kerja paksa-militer bagi kaum buruh.

Kengerian dan bencana yang tiada taranya yang diakibatkan perang yang berlarut-larut membuat keadaan massa tidak tertanggungkan dan memperhebat kemarahan mereka. Revolusi proletar internasional jelas sedang mematang. Masalah hubungannya dengan negara memperoleh arti penting praktis.


Donwload Full Ebook Klik Link di Bawa ini :
https://drive.google.com/file/d/0B7LodlTvyosEbkw3R1JjcmY3Wnc/view

Donwload Ebook Lennin : Negara Dan Revolusi

Posted by : West Odhe 0 Comments

“Ingatlah bahwa dari dalam kubur suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi”. (Tan Malaka)

Tan melukis revolusi Indonesia dengan bergelora. Sukarno pernah menulis testamen politik yang berisi wasiat penyerahan kekuasaan kepada empat namasalah satunya Tan Malaka apabila Bung Karno dan Bung Hatta mati atau ditangkap.

…jika saya tiada berdaya lagi, maka saya akan menyerahkan pimpinan revolusi kepada seorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka, kata Sukarno. Tapi di masa pemerintahan Sukarno pula Tan dipenjara dua setengah tahun tanpa pengadilan.

Kisah Tan Malaka adalah satu dari empat cerita tentang pendiri republik: Sukarno, Hatta, Tan Malaka, dan Sutan Sjahrir. Serial buku ini mereportase ulang kehidupan keempatnya. Mulai dari pergolakan pemikiran, petualangan, ketakutan hingga kisah cinta dan cerita kamar tidur mereka.


Baca selengkapnya klik link download di bawah :

Donwload Ebook Tan Malaka : Bapak Republik Yang Dilupakan

Posted by : West Odhe 0 Comments

Pemikiran Soekarno tentang "Mencapai Indonesia Merdeka" dan lain-lain yang berkenaan dengan masa depan Indonesia ini dimuat berbagai surat kabar, antara lain, Suluh Indonesia Muda, Panji Islam, dan Pikiran Rakyat.

Penerbitan --- dengan memuat beberapa tulisan yang dianggap relevan antara tulisan yang satu dengan tulisan yang lainnya ini, dimaksudkan untuk mempermudah segenap anak bangsa untuk memahami pikiran-pikiran Presiden Pertama Republik Indonesia tersebut secara langsung.

Karya ini, sebagaimana dikatakan oleh Soekarno sendiri hanya merupakan risalah atau karangan ringkas, tetapi memiliki nilai sejarah yang amat penting untuk dijadikan bahan kajian bagi yang berminat terhadap sejarah politik Indonesia.


Donwload Full Ebook klik link di bawah ini :

Donwload Ebook Soekarno : Mencapai Indonesia Merdeka

Posted by : West Odhe 1 Comment

Semangat Muda ditulis oleh Tan Malaka sebagai panduan gerakan rakyat yang dipimpin oleh kaum Buruh sebagai avangarde dari perjuangan menuju ke kemerdekaan. Dalam aksi melawan imperialisme kolonial Belanda diperlukan adanya konsep persatuan, persatuan yang mencakup semua golongan, semua lapisan masyarakat. Namun dalam prakteknya Tan Malaka menunjuk kaum buruh tampil sebagai pimpinan dengan alasan buruh lebih mudah terorganisir dan lebih murni pemikirannya.


Donwload Full Ebook klik link di bawah ini :

Donwload Ebook Tan Malaka : Semangat Muda

Posted by : West Odhe 0 Comments

KATA PENGANTAR

Sudah kepinggir kita terdesak!
Sampailah konon sisa-ruangan yang tinggal bagi kita dalam hal politik, ekonomi, keuangan, dan kemiliteran.
Inilah hasilnya lebih dari pada dua tahun berunding!

Lenyaplah sudah persatuan Rakyat untuk menentang kapitalisme-imperialisme! Lepaslah sebagian besar daerah Indonesia ke bawah kekuasaan musuh. Kembalilah sebagian besar bangsa Indonesia ke bawah pemerasan-tindasan Belanda. Berdirilah pelbagai Negara boneka dalam daerah Indonesia, yang boleh diadu-dombakan satu dengan lainnya! Kacau-balaulah perekonomian dan keuangan dalam daerah Republik sisa. Akhirnya, tetapi tak kurang pula pentingnya terancamlah pula Tentara Republik oleh tindakan REORGANISASI DAN RATIONALISASI yang dalam hakekatnya menukar Tentara Republik menjadi tentara Kolonial: SATU TENTARA TERPISAH DARI RAKYAT UNUTK MENINDAS RAKYAT ITU SENDIRI.

Alangkah besar perbedaannya keadaan sekarang dengan keadaan pada enam bulan permulaan Revolusi!

Dikala itu 70 juta Rakyat Indonesia bertekat satu menentang kapitalisme/imperialisme! Segala alat dan sumber kekuasaan berada di tangan Rakyat Indonesia. Semua sumber ekonomi dipegang oleh Rakyat sendiri. Seluruhnya Rakyat serentak mengambil inisiatif membentuk laskar dan Tentara, mengadakan penjagaan di sepanjang pantai dan di tiap kota dan desa dan serentak-serempak mengadakan pembelaan dan penyerbuan!

Dapatkah dikembalikan semangat 17 Agustus?
Sejarah sajalah kelak yang bisa memberi jawab!

Tetapi sementara putusan Sejarah itu dijalankan, maka kita sebagai manusia dan anggota masyarakat ini tak boleh diam berpangku tangan saja melihat gelombang memukul-mukul geladak Kapal Negara, yang sedang terancam karam itu.

Saya rasa salah satunya Daya-Upaya untuk menyelamatkan Kapal Negara yang terancam karam itu, ialah pembentukan Laskar Gerilya dimana-mana, di darat dan di laut! Perasaan perlunya dibentuk laskar Gerilya dimana-mana itulah yang sangat mendorong saya, merisalah “SANG GERILYA” ini!

Malangnya sedikit, penulis ini bukanlah seorang Ahli-Kemiliteran. cuma ada sedikit banyak bergaul dengan prajurit di dalam ataupun di luar negeri dan memangnya selalu tertarik oleh ilmu kemiliteran.

Pengetahuan yang dipakai buat membentuk risalah ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari percakapan dengan para prajurit itu serta dari pembacaan Buku dan Majalah Kemiliteran. Tetapi bukanlah hasil pembacaan yang masih segar-bugar. Melainkan sebagian besarnya adalah hasil pembacaan lebih dari pada 30 tahun lampau.

Tertumbuklah kemauan penulis ini hendak menjadi opsir di masa berusia pemuda di Eropa, pada pelbagai halangan dan rintangan maka terbeloklah perhatian kepada pembacaan beberapa Buku dan Majalah Militer, dalam suasana Perang-Dunia Pertama. Pengetahuan yang diperoleh di masa itulah yang masih dipegang sekarang!

Pengetahuan itu memangnya mendapat beberapa perubahan selama bertahun-tahun di luar Negeri. Tetapi tinggal pengetahuan lama dan keadaan berada di antara empat tembok batu di belakang ruji-besi ini sama sekali tak ada pustaka kemiliteran, untuk menguji kembali pengetahuan yang dipergunakan dalam Risalah ini sebagai bahan.

Dalam keadaan begini, maka mungkin sekali beberapa Hukum Keprajuritan, yang terpaksa dibentuk sendiri itu kurang tepat atau kurang memadai. Tetapi mengharap dan percaya sungguh, bahwa para Ahli dan Pahlawan akan mengambil yang baiknya saja dan akan membuang yang buruk; seterusnya akan menambah yang kurang dan mengurangi yang berlebih. Kami mengharap dan percaya pula, bahwa para Ahli dan Pahlawan akan memaafkan semua kekurangan dan kesalahan kami.

Pokok perkara buat kami dalam keadaan terpaksa terpisah dari Masyarakat ini, bukanlah terutama MENYELESAIKAN soal Militer, sebagai bagian terpenting dari Revolusi ini, tetapi untuk MEMAJUKAN soal ini.
Mudah-mudahan para-teman-seperjuangan yang lebih ahli dan lebih berpengalaman dalam keprajuritan itu, kelak akan mengambil inisiatif mengarang buku kemiliteran itu, yang lebih sempurna. Buku semacam itu perlu sekali buat mempopulerkan ilmu-keprajuritan di antara Rakyat serta Pemuda kita justru sekarang ini!

Perkara latihan dan teknik Perang sengaja tiada kami majukan disini! Dalam hal ini latihan-Jepang selama dua-tiga tahun dan teristimewa pula latihan dan teknik perang selama dua-tiga tahun bertempur di medan peperangan Indonesia yang sesungguhnya itu, kami rasa sudah lebih dari pada memadai, dan diketahui oleh pulu ribuan prajurit kita sekarang.

Yang kami majukan disini cuma beberapa Hukum-Kemiliteran yang kami rasa amat penting! Hukum Kemiliteran itulah, disamping pengetahuan yang lain-lain tentang politik dan ekonomi yang kami rasa harus dimiliki oleh SANG GERILYA, sebagai anggota atau pemimpin Laskarnya.

Taktik Gerilya yang mengacau-balaukan Tentara Napoleon di Spanyol pada abad yang lalu; taktik Gerilya sekepal Laskar-Boor yang mengocar-kacirkan Tentara Inggris yang kuat-modern pada permulaan abad ini di Afrika-Selatan, taktik Gerilya yang memusing-menggila-bingungkan Tentara ber-mesinnya Fasis Jerman di Rusia pada perang Dunia kedua yang baru lalu ini ……………. Taktik dan Laskar Gerilya adalah senjata yang maha-tajam bagi Rakyat Miskin tertindas; bersenjata serba sederhana saja, untuk menghalaukan musuh yang bersenjatakan modern.

Mudah-mudahan Risalah, yang tertulis tergesa-gesa dalam keadaan serba sulit ini akan memberikan faedah kepada pemuda/pemudi, pahlawan-perwira pembela bangsa dan Masyarakat-Murba Indonesia Raya!

Rumah Penjara Madiun, 17 Mei 1948
Penulis


T A N   M A L A K A


                   Donwload Full Ebook, Klik Link di bawah ini :
                    https://drive.google.com/file/d/0B7LodlTvyosEWEtOUDhNd3hyUVE/view

Donwload Ebook Tan Malaka : GERPOLEK

Posted by : West Odhe 1 Comment

Harus diakui, persoalan ‘Aksi Bela Islam’ tidaklah sesederhana yang kita duga. Bukan karena sulitnya melihat relasi antara aktor penggerak aksi dengan elit oligarki yang mempunyai kepentingan dibaliknya. Melainkan, karena makin kaburnya peta kelompok-kelompok Islam yang terlibat di dalam kegaduhan ini. Dengan ini tidak bisa kita, misalnya, menganggap para pendukung Aksi massa sebagai ‘Islam Fundamentalis Sunni’ karena dikomando oleh FPI. Karena buktinya, tidak sedikit yang terlibat dalam aksi adalah mereka yang biasa dikelompokkan ke dalam Islam MoDerat seperti NU. Bahkan, banyak kiai dan santri NU yang terlibat di dalamnya. Berada pada posisi ini, misalnya, Kiai Makruf Amin. Selain menjabat sebagai ketua MUI, beliau juga menjabat sebagai Rais Am PBNU yang merupakan pucuk tertinggi dalam struktur PBNU. Atau kiai Salahudin Wahid, pengasuh pesantren Tebuireng.
Bagaimana kita akan mengkategorikan kedua aktor tersebut? Apakah bisa disebut sebagai Islam fundamentalis karena turut menyerukan perjuangan ‘Aksi Bela Islam’ atau sebagai Islam Moderat karena keduanya orang penting di lingkungan NU, yang oleh banyak pengamat Islam Indonesia dianggap sebagai representasi Islam Moderat? Maka, pada kasus ‘Aksi Bela Islam’, kategori-kategori yang sudah mapan seperti fundamentalis, moderat, intoleran, toleran, demokratis dan anti demokrasi menjadi sangat kabur dan tidak lagi terang batasannya.
Meski demikian, untuk memudahkan cara baca, tidak bisa tidak, kita tetap perlu menggunakan kategori-kategori meski dengan pengertian sedikit berbeda, yakni memfungsikan kategori bukan sebagai parameter dalam menilai segala persoalan atau isu yang disikapi oleh seseorang maupun kelompok, melainkan hanya secara spesifik pada isu yang tengah kita bicarakan.
Jadi, kalau kita petakan secara sederhana posisi dominan antar kelompok Islam yang terlibat dalam pro dan kontra ‘Aksi Bela Islam’ setidaknya ada dua: Pertama, Islam Politik sebagai pendukung utama aksi. Mereka menganggap apa yang sedang diperjuangkannya sebagai kewajiban moral (moral obligation) yang harus ditanggung oleh semua kaum muslim. Bahkan, salah satu argumen para kiai dan santri yang berafiliasi pada NU, yang terlibat dalam ‘Aksi Bela Islam’ mendasarkan perjuangannya pada pernyataan pendiri NU, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, yang kurang lebih menganjurkan umat Islam untuk turut membela agama Islam dan sekuat tenaga berusaha menangkis atau menolak orang yang menghina Al-Qur’an dan sifat-sifat Allah.[1]
Pernyataan tersebut akan menjadi sangat problematis jika dipahami secara harfiah. Seandainya dipahami secara substansial, maka ‘Aksi Bela Islam’ sebagaimana yang tengah berlangsung tak akan pernah terjadi. Bukankah kita sendiri, umat Islam, yang justru seringkali menghina Al-Qur’an karena tidak mampu mengamalkannya dalam praktik hidup sehari-hari secara total dan konsekuen?
Mungkin bagi kita, apa yang sedang diperjuangkan dalam ‘Aksi Bela Islam’ tidak lah substansial, bahkan berpotensi besar mereduksi ajaran Islam mengenai kemanusiaan yang bernilai universal. Namun kita juga tidak boleh naif dengan menganggap aksi semacam ini sesuatu yang homogen. Semua pihak yang terlibat di dalamnya membawa kepentingannya masing-masing dengan perekat utamanya adalah dugaan penistaan agama.
Kedua, Islam Moderat, sebagai penolak utama aksi. Penilaian Islam Moderat pada aspek teologis, dalam melihat ‘Aksi Bela Islam’ meskipun tepat, sayangnya masih terjebak pada penilaian esensialis. Melalui cara pandang semacam ini, Islam Moderat tidak bisa melepaskan diri dari prasangka yang dibangunnya sendiri yaitu bahwa setiap aksi massa, apalagi ketika diusung oleh pihak yang terlanjur dilabeli sebagai Islam fundamentalis, otomatis akan terjadi kerusuhan, atau berefek negatif secara sosial dan politik. Maka wajar jika kita dapati tanggapan mereka terhadap aksi massa cenderung alergi dan sinikal.

Donwload full Ebook klik link di bawah ini : 
https://drive.google.com/file/d/0B7LodlTvyosEeXczWlNpbzRFczQ/view

Donwload Ebook Bela Islam atau Bela Oligarki

Posted by : West Odhe 0 Comments

SEJARAH MADILOG

Ditulis di Rawajati dekat pabrik sepatu Kalibata Cililitan Jakarta. Disini saya berdiam dari 15 juli 1942 sampai dengan pertengahan tahun 1943, mempelajari keadaan kota dan kampung Indonesia yang lebih dari 20 tahun ditinggalkan. Waktu yang dipakai buat menulis Madilog, ialah lebih kurang 8 bulan dari 15 juli 1942 sampai dengan 30 maret 1943 (berhenti 15 hari), 720 jam, ialah kira-kira 3 jam sehari.
Buku yang lain ialah Gabungan Aslia sudah pula setengah di tulis. Tetapi terpaksa ditunda. Sebab yang pertama karena kehabisan uang. Kedua sebab sang Polisi, Yuansa namanya diwaktu itu, sudah 2 kali datang memeriksa dan menggeledah rumah lebih tepat lagi “pondok’’ tempat saya tinggal. Lantaran huruf madilog dan Gabungan Aslia terlampau kecil dan ditaruh di tempat yang tiada mengambil perhatian sama sekali, maka terlindung ia dari mata polisi. Terpeliharalah pula kedua kitab itu dan pengarangnya sendiri seterusnya dari mata dan tongkat kempei Jepang.
Lantaran hawa kediaman saya itu sudah agak panas dan bahaya kelaparan sudah mengintip, maka terpaksalah saya memberhentikan pekerjaan saya meneruskan menulis Gabungan Aslia. Saya bertualang di daerah Banten mencari nafkah sambil memperlindungkan diri pula.
Akhirnya saya dapat pekerjaan tetap di Tambang Arang, Bayah. Disinilah saya mendapat pekerjaan sedikit lebih tinggi dari romusha biasa, (maklumlah orang tak punya diploma dan surat keterangan!) sampai menjadi pengurus semua romusha dan penduduk kota Bayah dan sekitarnya dalam hal makanan, kesehatan, pulang-pergi dan sakit matinya romusha ribuan orang, dengan perantaraan kantor urusan prajurit pekerja.
Sebagai ketua Badan Pembantu Pembelaan (BPP) dan Badan Pembantu Prajurit Pekerja (BP3), saya akhirnya sampai dipilih menjadi wakil daerah Banten ke kongres Angkatan Muda yang dijanjikan di Jakarta, tetapi tak jadi itu (bulan Juni 1945). Disinilah saya berjumpa dengan pemuda seperti Sukarni, Chairul Saleh, dll. yang sekarang mengambil bagian dalam pergerakan Persatuan Perjuangan. Juga dengan pemuda lainnya umpamanya seorang jurnalis yang amat dikenal di sekitar Bayah ketika itu, tak lebih dan tak kurang dari Bang Bejat, alias Anwar Tjokroaminoto dan saudaranya. Resan minyak ke minyak, resan air ke air, kata pepatah. 

Demikianlah pengarang ini yang pada masa Jepang itu memperkenalkan dirinya dengan nama ILJAS HUSSEIN, dengan jalan memutar sampai juga ke golongan yang dicari yang mulai mengambil bagian besar dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945, ialah golongan pemuda. Pekerjaan revolusioner di samping pemuda itu sampai sekarang terus berlaku, yakni Persatuan Perjuangan yang sudah mulai menulis sejarah. Atas permintaan pemuda pulalah Madilog sekarang akan disebarkan di antara mereka yang rasanya sanggup menerimanya.

Pena merayap di atas kertas dekat Cililitan, di bawah sayapnya pesawat Jepang yang setiap hari mendengungkan kecerobohannya di atas pondok saya. Madilog ikut lari bersembunyi ke Bayah Banten, ikut pergi mengantarkan romusha ke Jawa tengah dan ikut menggeleng-geleng kepala memperhatikan proklamasi Republik Indonesia. Di belakang sekali ikut pula ditangkap di Surabaya bersama pengarangnya, berhubung dengan gara-gara Tan Malaka palsu………………bahkan hampir saja Madilog hilang.

Baru 3 tahun sesudah lahirnya itu, Madilog sekarang memperkenalkan dirinya kepada mereka yang sudi menerimanya. Mereka yang sudah mendapat minimum latihan otak, berhati lapang dan seksama serta akhirnya berkemauan keras buat memahamkannya.

TAN MALAKA

Lembah Bengawan Solo, 15 Maret 1946.      

Untuk donwload full ebook klik link di bawah sini :

Donwload Ebook Tan Malaka : MADILOG

Posted by : West Odhe 2 Comments

- Copyright © KUBOKI (Kumpulan Ebook Kiri) - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -