Archive for April 2017
Majalah
Bhinneka "Setengah Abad Genosida 65" akan terbit bulan Oktober 2015
berisi tentang fakta derita para korban pasca peristiwa G 30 S.
Donwload Full
Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
Donwload Ebook Majalah Bhineka : Setengah Abad Genosina 65
Mengawali karier militersebagai serdadu Belanda, Ali Moertopo
adalah simpul penting Soeharto dan politik Orde Baru. Dia intel, aktivis, dan
politikus ulung.
Ali Moertopo membuka jalan bagi kekuasaan Soeharto. Dia meremukkan
demokrasi justru ke-tika Indonesia tengah meninggalkan otoritarian-isme Bung
Karno, la menggelar pelbagai operasi khusus: membabat partai politik untuk
mem-besarkan Golkar, menciptakan fobia pada Islam dengan merangkul kelompok
Islam radikal. Ali membuat politik tampil dalam wujud yang paling suram:
kasak-kusuk dan adu domba.
Menjalani hidup yang penuh misteri, Ali tersing-kir di babak
akhir. la menyerah kepada serangan jantung keempat di meja kerja.
Kisah tentang Ali Moertopo merupakan jilid ketiga seri
"Tokoh Militer" yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita
Mingguan Tempo, Oktober 2013, Serial ini mengupas, menguak, dan membongkar
mitos dan berbagai sisi kehi-dupan para perwira militer yang dinilai mengubah
sejarah.
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah ini :
Donwload Majalah Tempo Edisi : Rahasia-Rahasia Ali Moertopo
APAKAH kajian feminisme di abad Milenium masih memeluk,
menoleh atau sekadar melirik pada teori Marxis? Kajian feminisme di abad
Mile-nium cenderung untuk membaca-ulang kanon (teori besar, metanaratif) masa
lalu dengan pisau analisis interseksionalitas. Apa yang dimaksud
in-terseksionalitas berangkat dari asumsi bahwa segala sesuatu berinterseksi
dengan berbagai macam hal: contohnya konsep mengenai “perempuan” dan
“laki-laki” merupakan interseksi dari seks, keetnisan, ras, kelas, gen-der,
kenasionalan, keruangan (spaciality), waktu, bahasa, wacana, budaya, dan banyak
macam lainnya. Konsep “perempuan” dan “laki-laki” pun da-pat merupakan kategori
sosiologis, ekonomis, politis maupun episteme, dan bahkan sebagai diskursus
yang tercipta dalam ujaran maupun teks. Analisis interseksional itu tumbuh
dalam era pascastrukturalis dan pasca-modernis yang dewasa ini membangkitkan
pembacaan-ulang para feminis terhadap kanon masa lalu dari posisi kontemporer.
Teori Marx sebagai kanon dalam genre filsafat modern tak
luput dari pem-bacaan-ulang para feminis –terutama sejak dekade 1970an-- ketika
para feminis mencari penjelasan atas ketertindasan perempuan (pada awal abad 20
disebut women’s question). Pengguna teori Marx pada era 1970an dan awal dekade
1980an cukup meluas tak hanya dari kalangan feminis sosialis dan Marxis,
melainkan juga dari feminisme radikal. Stevi Jackson[1] mencatat, sejak gerakan
perempuan muncul dalam perkembangan ge-rakan kiri radikal di sekitar masa itu,
ada banyak feminis yang menoleh –atau setidaknya bersimpati—dengan teori Marx
dan Marxisme. Daya tarik Marxisme yang utama karena menawarkan analisa mengenai
penindasan sebagai sesuatu yang sistematis dan menyatu dalam struktur
masyarakat serta tentang teori perubahan sosial (revolusi) yang men-janjikan
kesetaraan.
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
Donwload Ebook Kapitalisme dan Penindasan Terhadap Perempuan : Kembali Ke Marx
Enam tahun lalu, seorang kawan menghadiahi penulis sebuah
buku. Judulnya The Part Played by Labour in the Transition from Ape to Man.
Buku tua nan tipis itu terbitan Foreign Language Press, Peking 1975. Penulisnya
Frederick Engels. Kebetulan, waktu itu penulis sedang belajar paleoantropologi,
bidang kajian ilmiah atas fosil dan bukti-bukti fisik yang membatu lainnya dari
evolusi manusia. Dari pembacaan buku tersebut lahirlah tulisan pertama yang
mencoba merekonstruksi teori Engels ihwal alur evolusi manusia. Setahun
berikutnya tulisan itu terbit di Jurnal Antropologi Indonesia. Rupanya, makin
didalami makin tampaklah bahwa materialisme dialektis amat berpengaruh terhadap
cara pandang terhadap evolusi. Pendekatan inilah yang membedakan spekulasi
Engels dan tafsirnya atas fakta paleoantropologis.
Garis besar alur
evolusi yang Engels teorikan, yakni bahwa ciri-ciri Homo sapiens (bipedalisme,
kapasitas otak besar, produksi perkakas, dan bahasa) tidaklah berevolusi secara
serempak sebagaimana Darwin teorikan sebelumnya, tapi bertahap dengan
dimulainya adaptasi bipedal untuk hidup di permukaan tanah, dan bahwa evolusi
kapasitas otak bukanlah sebab tapi akibat dari evolusi ciri-ciri hominin lain
yang berkembang terlebih dahulu, sudah tidak lagi diperdebatkan. Perdebatan
hanya tinggal kapan, di mana, dan dan bagaimana proses itu berlangsung.
Tujuan penulis semula hanya memperkenalkan esai Engels
tersebut di atas. Namun memperkenalkan saja tak cukup. Apa pasal? Engels
menulis di abad ke-19 ketika paleontologi masihlah kanak-kanak, tatkala temuan
fosilfosil manusia amatlah terbatas, dan gagasan-gagasan spekulatif lebih
dominan ketimbang fakta dalam menafsirkan temuan tersebut. Ada banyak spekulasi
Engels yang keliru menurut standard mutakhir. Yang terbaik darinya bukanlah
spekulasinya, tapi kerangka pikir materialisme dialektisnya. Dan kerangka pikir
inilah yang penulis pakai dalam upaya merekonstruksi kembali apa yang Engels
teorikan berbekal temuan-temuan dan teori-teori terbaru dalam bidang evolusi
manusia. Meskipun ada beberapa perubahan, tapi keterangan dan argumen pokok
tulisan-tulisan yang dimuat buku ini tidak banyak berubah dari tulisan yang
sebelumnya diterbitkan di media lain.
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
Donwload Ebook Marxisme dan Evolusi Manusia
Masyarakat borjuis modern yang timbul
dari runtuhnya masyarakat feodal tidak menghilangkan pertentangan-pertentangan
kelas. Ia hanya menciptakan kelas-kelas baru, syarat-syarat penindasan baru,
bentuk-bentuk perjuangan yang baru sebagai ganti yang lampau.
Tetapi zaman borjuasi mempunyai sifat
yang istimewa ini, ia telah menyederhanakan pertentangan kelas. Masyarakat
seluruhnya semakin lama semakin terpecah menjadi dua golongan besar yang
langsung berhadapan satu dengan yang lain- borjuasi dan proletariat.
Dalam buku karya Marx dan Engels ini
kita diajak untuk merunut lebih dalam partai-partai kelas buruh, dimana salah
satunya adalah kelas partai komunis. Sama dengan kelas yang lainnya, kelas
partai komunis juga tidak mempunyai kepentingan tersendiri dan terpisah dari
kepentingan-kepentingan proletariat sebagai keseluruhan.
Sangat menarik untuk membaca
pemikiran kedua tokoh tersebut. Membaca pemikiran-pemikiran mereka akan membuka
wacana-wacana baru yang kontekstual dengan saat sekarang. Selain itu dengan
membacanya maka kita diajak untuk membedah fenomena sosial pada waktu itu.
Donwload Full Ebok Klik Link Di Bawah
Ini :
Donwload Ebook Marx-Engels : Manifesto Partai Komunist
BUKU kecil yang sedang Anda pegang
ini, sungguh sangat menarik. Marta Harnecker, sang penulis, betul-betul memanfaatkan
ruang terbatas ini dengan sebaiknya-baiknya untuk mengekspresikan
gagasan-gagasan dan penafsirannya tentang apa yang disebut mantan Presiden
Republik Venezuela, almarhum Hugo Chavez Friaz sebagai ‘Sosialisme Abad
Keduapuluh Satu.’
Melalui buku ini, Harnecker membuktikan
bahwa klaim tentang ‘Matinya Sosialisme’ dan ‘Liberalisme sebagai Akhir
Sejarah’ adalah salah. Pada saat yang sama, ia juga menunjukkan bahwa pasca Perang
Dingin, dunia bukannya semakin aman dan damai, tetapi semakin terpuruk dalam
ancaman kemanusiaan akibat kemiskinan, ketidakadilan sosial, kerusakan lingkungan,
rasisme, perdagangan manusia, politisasi agama, dan perang yang disebabkan oleh
dianutnya ideologi kapitalisme-neoliberal.
Donwload Full Ebook Klik Link Di
Bawah Ini :
Donwlaod Ebook Sosialisme Abad Keduapuluh Satu : Pengalaman Amerika Latin
Dua tahun
setelah aksi berdarah Gerakan 30 September, Sjam Kamaruzaman baru muncul di
depan publik. Ketika itu, Juli 1967, ia menjadi saksi dalam pengadilan
Sudisman, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Indonesia.
Sebelumnya
ia hanya bayang dalam halimun: keberadaannya setengah dipercaya, setengah
tidak. Biro Chusus, badan rahasia PKI yang dipimpinnya, semula diduga hanya
khayalan tentara untuk memudahkan Soeharto memusnahkan partai komunis itu.
Namun Sjam membenarkan semua tudingan. Ia mengaku memimpin Biro Chusus dan
merencanakan aksi rahasia G30S.
Sebagai
orang yang bertugas mempengaruhi anggota tentara agar mendukung PKI, ia punya
akses ke kalangan militer. Seorang putranya mengenang bagaimana di penjara Sjam
menempati sel yang besar serta diizinkan memiliki uang satu tas penuh untuk
memenuhi segala kebutuhan.
Siapakah
Sjam, lelaki dengan lima nama alias itu? adakah ia agen ganda atau sekedar
pengikut Ketua PKI D.N. Aidit yang setia?
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
Donwlaoad Ebook Sjam Lelaki Dengan Lima Alias
Lelaki cadel itu tak pernah bisa melafalkan huruf “r” dengan sempurna. Ia “cacat” wicara tapi dianggap berbahaya. Rambutnya lusuh. Pakaiannya kumal. Celananya seperti tak mengenal sabun dan setrika. Ia bukan burung merak yang mempesona.
Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakkan kebencian terhadap Orde Baru. Maka ia dibungkam. Dilenyapkan.
Wiji Thukul mungkin bukan penyair paling cemerlang yang pernah kita miliki. Sejarah Republik menunjukkan ia juga bukan satu-satunya orang yang menjadi korban penghilangan paksa. Tapi Thukul adalah cerita penting dalam sejarah Orde Baru yang tak patut diabaikan: seorang penyair yang sajak-sajaknya menakutkan sebuah rezim dan kematiannya hingga kini jadi misteri.
Keterangan Seri Prahara-prahara Orde Baru
Kisah tentang Wiji Thukul adalah jilid perdana seri “Prahara-prahara Orde Baru”, yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo Mei 2013. Serial ini menyelisik, menyingkap, merekonstruksi, dan mengingat kembali berbagai peristiwa gelap kemanusiaan pada masa Orde Baru yang nyaris terlupakan.
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
Namun, bila penyair ini membaca puisi di tengah buruh dan mahasiswa, aparat memberinya cap sebagai agitator, penghasut. Selebaran, poster, stensilan, dan buletin propaganda yang ia bikin tersebar luas di kalangan buruh dan petani. Kegiatannya mendidik anak-anak kampung dianggap menggerakkan kebencian terhadap Orde Baru. Maka ia dibungkam. Dilenyapkan.
Wiji Thukul mungkin bukan penyair paling cemerlang yang pernah kita miliki. Sejarah Republik menunjukkan ia juga bukan satu-satunya orang yang menjadi korban penghilangan paksa. Tapi Thukul adalah cerita penting dalam sejarah Orde Baru yang tak patut diabaikan: seorang penyair yang sajak-sajaknya menakutkan sebuah rezim dan kematiannya hingga kini jadi misteri.
Keterangan Seri Prahara-prahara Orde Baru
Kisah tentang Wiji Thukul adalah jilid perdana seri “Prahara-prahara Orde Baru”, yang diangkat dari liputan khusus Majalah Berita Mingguan Tempo Mei 2013. Serial ini menyelisik, menyingkap, merekonstruksi, dan mengingat kembali berbagai peristiwa gelap kemanusiaan pada masa Orde Baru yang nyaris terlupakan.
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
Donwload Ebook Majalah Tempoh : Teka-Teki Wiji Thukul
"Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia 'mbok' saya... Dari dia, saya banyak mendapat pelajaran mencintai 'orang kecil'. Dia sendiri pun 'orang kecil', tetapi budinya selalu besar!"
Ir. Sukarno
Buku Sarinah ini pertama kali terbit pada November 1947. Isinya merupakan kumpulan bahan pengajaran Bung Karno dalam kursus wanita. Melalui buku ini, Bung Karno mengkritisi kebanyakan laki-laki yang masih memandang perempuan sebagai "suatu blasteran antara Dewi dan seorang tolol." Dipuji-puji bak Dewi, sekaligus dianggap tolol dalam beberapa hal lainnya.
Meskipun juga tidak menyetujui gerakan feminisme yang kelewat batas di Eropa saat itu, Bung Karno menekankan pentingnya bagi para wanita untuk mengambil bagian dalam pembangunan Negara Indonesia. Kepada Sarinah-Sarinah masa kini, Bung Karno lantang berpesan, "Hai wanita-wanita Indonesia, jadilah revolusioner, - tiada kemenangan revolusioner, jika tiada wanita revolusioner, dan tiada wanita revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner!"
Buku ini adalah 'kado' Bung Karno buat semua wanita Indonesia, sebagai pedoman untuk menjadi wanita revolusioner yang bahagia dan merdeka...
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
https://drive.google.com/file/d/0B7LodlTvyosEdWpUMkVQZjRWeVU/view