Posted by : West Odhe
Saturday, 15 April 2017
APAKAH kajian feminisme di abad Milenium masih memeluk,
menoleh atau sekadar melirik pada teori Marxis? Kajian feminisme di abad
Mile-nium cenderung untuk membaca-ulang kanon (teori besar, metanaratif) masa
lalu dengan pisau analisis interseksionalitas. Apa yang dimaksud
in-terseksionalitas berangkat dari asumsi bahwa segala sesuatu berinterseksi
dengan berbagai macam hal: contohnya konsep mengenai “perempuan” dan
“laki-laki” merupakan interseksi dari seks, keetnisan, ras, kelas, gen-der,
kenasionalan, keruangan (spaciality), waktu, bahasa, wacana, budaya, dan banyak
macam lainnya. Konsep “perempuan” dan “laki-laki” pun da-pat merupakan kategori
sosiologis, ekonomis, politis maupun episteme, dan bahkan sebagai diskursus
yang tercipta dalam ujaran maupun teks. Analisis interseksional itu tumbuh
dalam era pascastrukturalis dan pasca-modernis yang dewasa ini membangkitkan
pembacaan-ulang para feminis terhadap kanon masa lalu dari posisi kontemporer.
Teori Marx sebagai kanon dalam genre filsafat modern tak
luput dari pem-bacaan-ulang para feminis –terutama sejak dekade 1970an-- ketika
para feminis mencari penjelasan atas ketertindasan perempuan (pada awal abad 20
disebut women’s question). Pengguna teori Marx pada era 1970an dan awal dekade
1980an cukup meluas tak hanya dari kalangan feminis sosialis dan Marxis,
melainkan juga dari feminisme radikal. Stevi Jackson[1] mencatat, sejak gerakan
perempuan muncul dalam perkembangan ge-rakan kiri radikal di sekitar masa itu,
ada banyak feminis yang menoleh –atau setidaknya bersimpati—dengan teori Marx
dan Marxisme. Daya tarik Marxisme yang utama karena menawarkan analisa mengenai
penindasan sebagai sesuatu yang sistematis dan menyatu dalam struktur
masyarakat serta tentang teori perubahan sosial (revolusi) yang men-janjikan
kesetaraan.
Donwload Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
mantap bung koleksinya
ReplyDelete