Posted by : West Odhe
Tuesday, 7 March 2017
Orang yang skeptis akan segera memotong: untuk apa kaum
Marxis berteologi? Bukankah bagi Marx agama itu candu? Bagaimana mungkin
materialisme historis dan materialisme dialektis mengakomodasi teologi? Segala
pertanyaan skeptis tentang teologi Marxis dapat dipilah menjadi dua jenis:
pertama, berkaitan dengan konsistensinya terhadap pemikiran Marx yang
‘ateistik’ dan ilmiah; kedua, berkenaan dengan kegunaannya bagi praxis
emansipasi. Kita akan mengupasnya mulai dari yang pertama.
Penerimaan atas Marxisme tidak mensyaratkan penolakan total
atas agama. Artinya, Marxisme tidak mengharuskan kita untuk menganut ateisme.
Apa yang ditolaknya adalah konsepsi tertentu tentang Tuhan, yakni konsepsi
realis ante rem tentangnya. Realisme ante rem tentang Tuhan merupakan pengakuan
atas keberadaan substansi imaterial yang terpisah atau transenden dari alam
semesta sebagai substansi material. Pandangan macam itu menuntut kita menganut
dualisme substansi (mengakui adanya substansi material dan imaterial) yang
sukar direkonsiliasikan dengan semangat ilmiah dari Marxisme. Sebabnya,
semangat ilmiah sains modern yang menjadi dasar Marxisme, berpegang pada
konsepsi realisme in re, yakni pengertian bahwa segala yang imaterial hanya
mungkin terlembagakan sebagai sifat (property) dari substansi material. Oleh
karenanya, pengertian ante rem (transenden) tentang Tuhan, yang lazimnya
terdapat dalam agama-agama wahyu, tidak konsisten dengan Marxisme.
Namun pengertian semacam itu bukanlah satu-satunya pengertian
yang bisa direkonsiliasikan dengan ajaran agama-agama wahyu. Kita bisa juga
menganut agama-agama wahyu sembari menjadi Marxis dengan cara bersikap
fiksionalis terhadap keberadaan Tuhan. Fiksionalisme dalam arti ini adalah
pandangan bahwa Tuhan, sebagai substansi immaterial, ada sejauh dinyatakan
demikian dalam narasi religius tertentu, dan tidak ada di luarnya. Artinya,
Tuhan ada sebagai entitas kultural, yakni objek yang dinyatakan keberadaannya
oleh konvensi sosio-kultural tertentu, atau sebagai entitas mental, sebagai
objek kepercayaan. Ini adalah semacam ateisme yang lunak: suatu sikap ateistik
yang diplomatis.
Donwlaod Full Ebook Klik Link Di Bawah Ini :
sangat membantu, dan terimaksih
ReplyDelete