Posted by : West Odhe
Tuesday, 7 March 2017
PADA suatu hari, datanglah delegasi dari Lekra (Lembaga
Kebudayaan Rakyat) ke Presiden Sukarno. Mereka menyampaikan maksud untuk
membangun patung Multatuli alias Eduard Douwes Dekker penulis roman Max
Havelaar yang masyhur itu. Tanpa diduga Bung Karno malah balik bertanya,
“Kenapa Multatuli? Kenapa bukan patung Henk Sneevliet saja?”
Tak jelas kelanjutan cerita itu sampai di mana. Beberapa
pegiat Lekra memang berafiliasi dengan akademi sastra Multatuli. Apakah patung
tersebut hendak didirikan berkaitan dengan akademi sastra Multatuli? Entahlah.
Satu yang pasti, usulan tersebut agaknya tak pernah terwujud dan lagipula,
sampai hari ini, tak pernah kita temukan di mana patung Multatuli itu berada.
Begitu pula dengan patung Henk Sneevliet, gagasan Presiden Sukarno.
Anjuran membangun patung Henk Sneevliet ketimbang patung
Multatuli tak berarti Bung Karno sedang menempatkan Sneevliet lebih tinggi dari
Multatuli, begitu pula sebaliknya. Karena pada kenyataannya pemikiran dua tokoh
Belanda itu akrab dalam pikiran Bung Karno. Bukan sekali-dua Bung Karno
mengutip pemikiran Multatuli dan juga Henk Sneevliet. Dalam pidato pembelaannya
yang terkenal di hadapan pengadilan negeri di Bandung pada 1930, Bung Karno
mengutip Multatuli untuk menjelaskan konteks perbandingan imperialisme dengan
sistem tanam paksa yang pernah berlangsung di Indonesia.
Donwlaod full Ebook Klik Link Di bawah Ini :